02128536735
smkalhadiriyah@gmail.com
Duren Sawit , Jakarta Timur

Sumpah Pemuda: Api Persatuan yang Tak Pernah Padam

30/10/2025 | Admin | Pendidikan
blog-img

Setiap tanggal 28 Oktober, Indonesia merayakan Hari Sumpah Pemuda. Lebih dari sekadar hari libur nasional, tanggal ini adalah pengingat abadi akan kekuatan kolosal persatuan yang digelorakan oleh para pemuda-pemudi pada tahun 1928. Di tengah keberagaman suku, bahasa, dan adat istiadat, mereka meletakkan fondasi tunggal bagi bangsa Indonesia yang merdeka.


 

Tiga Janji, Satu Tujuan: Mengubah Kepingan Menjadi Satu Bangsa

 

Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda II yang diadakan di Batavia (sekarang Jakarta) pada 27-28 Oktober 1928. Pertemuan ini menyatukan berbagai organisasi pemuda kedaerahan (seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, dan lainnya) yang sebelumnya berjuang sendiri-sendiri.

Inti dari deklarasi bersejarah ini adalah tiga poin sakral yang kini dikenal sebagai Teks Sumpah Pemuda:

  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

    Makna: Menghilangkan sekat-sekat kedaerahan. Dari Sabang sampai Merauke, semua adalah satu kesatuan geografi, satu tanah air.

  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

    Makna: Meleburkan identitas suku dan etnis menjadi satu identitas nasional. Tak ada lagi Jawa, Batak, atau Minang, yang ada hanyalah Bangsa Indonesia.

  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

    Makna: Bahasa diakui sebagai alat pemersatu. Bahasa Indonesia (yang berakar dari Bahasa Melayu) ditetapkan sebagai jembatan komunikasi yang melampaui ratusan bahasa daerah.

 

Fakta Menarik di Balik Ikrar Pemersatu

 

Peristiwa Sumpah Pemuda dipenuhi detail menarik yang menunjukkan semangat gotong royong dan kesederhanaan, bahkan di bawah tekanan penjajah:

  • Lahir di Tiga Tempat Berbeda: Kongres Pemuda II dilaksanakan di tiga lokasi berbeda, salah satunya di gedung milik tokoh Tionghoa, Sie Kok Liong (kini Museum Sumpah Pemuda), menunjukkan semangat inklusif.

  • Melodi Tanpa Syair: Pada penutupan kongres, W.R. Soepratman untuk pertama kalinya membawakan lagu "Indonesia Raya" dengan biolanya. Lagu itu dimainkan tanpa syair karena takut disensor oleh pemerintah kolonial, tetapi semangatnya berhasil membakar jiwa para peserta.

  • Rumusan Satu Orang: Naskah Sumpah Pemuda dirumuskan oleh Muhammad Yamin di atas secarik kertas saat Mr. Sunario sedang berpidato di sesi penutup, lalu diserahkan kepada Soegondo Djojopuspito (Ketua Kongres) untuk dibacakan.


 

Relevansi Abadi di Era Digital

 

Sumpah Pemuda bukan hanya cerita masa lalu. Di era modern, maknanya kian relevan bagi Generasi Z dan Milenial yang menghadapi tantangan baru:

Ikrar Sumpah Pemuda Implementasi di Era Modern
Satu Tanah Air Menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal. Bangga akan kekayaan budaya dan destinasi Indonesia.
Satu Bangsa Tolak Hoaks dan ujaran kebencian yang memecah belah persatuan. Bijak bersosial media dan menghargai keberagaman suku dan agama.
Satu Bahasa Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai identitas nasional, sekaligus menguasai bahasa asing sebagai modal bersaing global.

Api persatuan yang dinyalakan pada 1928 harus terus kita kobarkan. Tugas kita, generasi penerus, adalah menerjemahkan semangat Sumpah Pemuda—semangat berkorban, gotong royong, dan menerima perbedaan—ke dalam inovasi, kreativitas, dan kolaborasi untuk membangun Indonesia maju.

Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa: Inilah warisan paling berharga yang harus kita jaga.

Bagikan Ke:

Populer