02128536735
smkalhadiriyah@gmail.com
Duren Sawit , Jakarta Timur

Resensi Buku 7 Prajurit Bapak

01/09/2025 | Admin | Pendidikan
blog-img

Fenomena sosial yang marak terjadi saat ini. Tentunya fenomena sosial yang terjadi sebagai akibat dari adanya tindakan sosial yang terjadi pada masyarakat baik dalam lingkup kecil maupun besar. Tindakan sosial inilah yang akan mengakibatkan munculnya fenomena sosial mulai dari fenomena positif maupun negatif. Sesuai dengan definisinya sebagai cerminan dari kehidupan nyata, novel 7 Prajurit Bapak karya Wulan Nuramalia juga memiliki beberapa fenomena yang tentu didasari oleh tindakan sosial yang terjadi. Novel 7 Prajurit Bapak menjelaskan kisah perjuangan 7 orang anak seorang prajurit dengan berbagai problematika yang dihadapi. Novel ini memiliki fenomena-fenomena yang sering ditemukan di kehidupan sehari-hari, misalnya fenomena balas dendam, meraih mimpi, dan perjuangan dalam cinta. Ketiga fenomena tersebut termuat dan dikemas dengan menarik dalam novel ini. Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif yang mendeskripsikan data tanpa menggunakan angka untuk mengungkap kebenarannya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan mimetik yang melihat karya sastra sebagai cerminan atau gambaran dari kehidupan nyata. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik studi literatur dan teknik baca catat. Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan teknik deskriptif hermeneutika. Hasil dari penelitian ini berupa temuan tindakan sosial dalam novel 7 Prajurit Bapak karya Wulan Nuramalia.

Fenomena sosial sering kali terjadi saat ini, baik itu fenomena yang berdampak positif maupun negatif. Fenomena sosial terjadi sebagai akibat dari adanya tindakan sosial yang dilakukan oleh individu. Tidak hanya pada dunia nyata saja, dalam dunia karya sastra juga terjadi fenomena sosial salah satunya pada novel. Novel merupakan proses penuangan pikiran, perasaan, gagasan seorang penulis sebagai bentuk respon dari kehidupan sekitarnya (Kosasih & Hidayat, 1967:1). Dalam novel, tindakan sosial dialami oleh tokoh atas tindakan dari tokoh lainnya. Salah satu novel yang termuat tindakan sosial melalui realitas sosial di dalamnya adalah novel 7 Prajurit Bapak karya Wulan Nuramalia. Dalam novel ini, ditemukan tindakan sosial tokoh yang terjadi akibat dari sebuah konflik. Berbagai tindakan yang diperankan oleh para tokoh menjadi fokus utama dalam artikel ini.

Terkadang, cita-cita seorang anak harus mengikuti keinginan orang tuanya. Tak jarang orang tua yang menuntut anaknya agar memenuhi ekspektasi dan harapan mereka. Padahal, mimpi seorang anak terdapat pada dirinya sendiri. Hal ini tidak dapat diubah, apalagi dipaksakan. Jika orang tua terus memaksakan, pastinya akan menimbulkan dampak negatif yang besar. Ditambah lagi dengan cemoohan orang-orang sekitar yang terkadang membuat sang anak semakin merasakan kekecewaan dan kehampaan pada dirinya. Seluruh peristiwa ini terangkum ke dalam cerita “7 Prajurit Bapak”, yang dimana setiap harinya keluarga Bapak Cahyo harus menerima celaan dari orang-orang sekitarnya, dikarenakan anak-anaknya yang tidak dapat meneruskan mimpi dari sang ayah.

Keluarga Bapak Cahyo adalah keluarga yang penuh keharmonisan dan canda tawa. Setiap harinya, mereka dapat saling bahu membahu dalam menanggulangi masalah yang ada. Keluarga ini dilengkapi oleh tujuh anak laki-laki, diantaranya adalah Dava Bahari, Rendi Firmansyah, Raga Iswana, Arma Yoga, Iqbal, Rai, dan Putra. Mereka semua memiliki ciri khasnya masing-masing, yang dimana selalu mewarnai hidup satu sama lain. Yoga selaku pemeran utama yang ekstrovert, harus tetap menjaga suasana keluarganya walaupun cibiran terus menerpanya.

Setiap harinya para prajurit Cahyo ini harus melakukan rutinitas paginya, yaitu berolahraga bersama Bapak Cahyo, selaku mantan tentara. Peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam militer, diterapkan oleh Bapak Cahyo dalam keluarganya. Hal ini dilakukan pastinya dengan maksud dan tujuan yang baik. Selain itu, Bapak Cahyo pula ingin agar anak-anaknya dapat meneruskan impiannya menjadi seorang tentara. Namun, impiannya harus terkubur dalam-dalam ketika satu per satu anaknya memilih impiannya masing-masing. Dava, selaku anak sulung saat ini telah menjadi pelaut, Rendi yang bertubuh mungil menjadi orang kantoran, Raga yang hendak menjadi tentara malah membelokan niatnya menjadi seorang polisi, Yoga menjadi seorang penulis, dan Iqbal yang berkuliah kedokteran. Harapan terakhir Bapak Cahyo berada pada Rai dan Putra yang saat ini sedang bersekolah di bangku SMA.

Kehidupan setiap keluarga tentu tidak akan berjalan dengan mulus, ada saja orang-orang yang tidak suka dan ingin membalaskan dendamnya. Seorang teman mantan tentara yang bersama Bapak Cahyo bernama Rastono, saat ini memiliki dendam yang sangat besar akibat dari kesalahan yang dibuat Bapak Cahyo dulu. Hingga pada akhirnya, Bapak Cahyo harus meninggal dunia akibat dari tabrakan lari ulah Rastono. Hal ini membuat keluarga Cahyo sangat terpukul, karena seorang “komandan” di keluarganya harus pergi meninggalkan mereka semua. Tak ada lagi seorang pemimpin dan pelerai masalah di keluarga tersebut. Ditambah lagi, dengan kebenaran bahwa ayah dari Lia -kekasih Yoga- memiliki hubungan dengan Rastono untuk membunuh Bapak Cahyo. Yoga sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, semakin ia mengejar Lia, semakin banyak orang-orang yang tersakiti.

Lia adalah gadis pujaan hati Yoga yang sudah lama ia dekati. Alasannya, Lia merupakan satu-satunya orang -selain Bapak- yang mendukung cita-cita Yoga, yaitu menjadi seorang penulis. Semasa hidup Yoga, Yoga selalu mendapatkan cibiran dari keluarga maupun orang lain mengenai cita-citanya tersebut. Dibandingkan dengan ketiga kakaknya, Yoga hanya memiliki penghasilan sedikit, jika dia menerbitkan bukunya. Ditambah lagi, ia pernah tertipu dengan suatu penerbit yang dimana saat itu keuangan keluarganya sedang melemah. Namun, Yoga selalu membulatkan tekadnya menjadi seorang penulis yang terkenal. Dia tidak pernah putus asa walaupun beban yang ia tanggung terus bertambah. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan seorang adik tingkatnya bernama Gisel. Gisel rela menolong dan membantu Yoga dalam proses pembuatan buku yang sudah lama Yoga tulis. Selain itu, dari ke waktu, mulailah timbul rasa suka Gisel kepada Yoga.

Singkat cerita, akhirnya Yoga dapat menerbitkan buku yang selama ini ia tulis. Buku tersebut menceritakan perjalanan hidupnya dari hari ke hari. Yoga sangat senang karena pada akhirnya impiannya terwujudkan. Namun, siapa sangka, di hari bahagianya, Yoga harus terkena tabrak lari dan siapa lagi kalau bukan ulah Rastono yang baru saja keluar dari penjara. Hal ini berlalu begitu cepat, dan terlalu sulit untuk keluarga Cahyo menerima dan memahaminya. Pada akhirnya, bertepatan setelah buku yang ditulis oleh Yoga diterbitkan dan dicetak -dibantu oleh Iqbal dan Gisel-, Yoga harus menghembuskan nafas terakhirnya. Semua orang di keluarga Cahyo sangat terpukul, termasuk dengan Lia dan Gisel. Mereka tidak bisa menerima kenyataan yang saat ini mereka hadapi.

Tahun berganti tahun, Rai dan Putra saat ini telah lulus dari SMA nya. Rai sekarang telah menjadi seorang pilot, dan Putra menjadi seorang tentara mengikuti jejak ayahnya. Di sisi lain, Gisel orang pertama kali -selain Dava dan ibunya- yang mengetahui bahwa Yoga telah mendonorkan jantungnya kepada seorang anak kuliahan yang sudah diambang kematian karena mempunyai kelainan jantung. Saat ini, Gisel sedang bergelut dengan hatinya yang dimana dia baru saja ditembak oleh Iqbal dan Winsa -orang yang didonorkan jantungnya oleh Yoga-. Selain itu, kini keadaan Lia sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya saat ia ditinggalkan oleh Yoga. Lia akan pergi ke luar negeri bersama ibunya dan menyembuhkan lukanya.

Kelebihan dari buku “7 Prajurit Bapak” adalah alur ceritanya yang sangat menarik dan memiliki makna yang dalam. Walaupun cerita ini berakhir dengan sad ending, banyak hal humoris yang bisa pembaca dapatkan di dalam cerita. Penulis juga mampu mengembangkan cerita dengan menarik sehingga tidak bosan untuk dibaca oleh masyarakat. Selain itu, terdapat makna dari setiap bagiannya yang bisa diperoleh oleh pembaca. Terlebih lagi, walaupun cerita ini adalah cerita fiksi, tetapi beberapa orang tentu pernah merasakannya dan relate dengan buku ini. Maka dari itu, buku ini bisa memberikan pembaca beberapa pelajaran yang baik.

Selain kisah dan alurnya yang menarik, cover dari buku ini pula dapat memicu perhatian pembaca. Walaupun ilustrasinya sederhana, tetapi cover tersebut mampu mengungkapkan cerita yang dalam mengenai “7 Prajurit Bapak”. Kemudian, buku ini dipadukan dengan warna-warna yang kontras dan sesuai dengan vibes dari buku tersebut. Di dalam percetakan, buku ini memiliki ketebalan kertas yang baik dan tidak mudah rusak. Teks yang disajikan juga mudah dibaca dan tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar. Judul dari setiap bagian juga merangkum cerita di dalamnya dan mudah untuk dibaca.

Kekurangan dari buku “7 Prajurit Bapak” adalah ada beberapa penggunaan kata yang sebenarnya tidak boleh berada pada awal kalimat. Seharusnya, penulis atau editor bisa mengubah kata tersebut sehingga menggunakan ejaan atau kata sambung yang lebih cocok. Contohnya, berada pada halaman 370 bagian kedua, paragraf keempat, kalimat keempat, “Yang jelas, lampu-lampu toko yang gemerlap itu samar-samar mulai terlihat buram.” Seharusnya, di dalam kalimat bahasa Indonesia, kata “yang” tidak boleh digunakan pada awal kalimat. Sehingga, editor atau penulis harus lebih teliti lagi dalam penggunaan atau susunan kata di awal kalimat. Selain itu, ada beberapa masalah cetakan pewarnaan tinta hitam di teks, yang dimana pada halaman tersebut tinta lebih pudar dibandingkan halaman lainnya. Contohnya berada pada halaman 62 dan 88.

Secara keseluruhan, buku “7 Prajurit Bapak” yang ditulis oleh Wulan Nuramalia ini sudah sangat baik. Setiap alur ceritanya memiliki pesan yang bermakna dan penyampaiannya yang tidak rumit. Seluruh kalangan usia pula bisa ikut membaca buku ini, karena terdapat pesan bagi orang tua maupun remaja. Jika sedang dalam fase menyerah mengejar impian, buku ini sangat cocok untuk dibaca agar menumbuhkan rasa semangat dalam mengejar impian dan keluar dari paksaan mewujudkan mimpi orang lain. Lantas, hanya diri sendirilah yang mampu memilih cita-cita yang akan dikejar, bukan orang lain yang menentukan.

oleh: Putri Naila fawwaz  (karya Wulan Nurmalia)

 

Bagikan Ke:

Populer